Beranda | Artikel
Karamah pada Abu Bakar dengan Makanan yang Banyak
Kamis, 11 Agustus 2022

Hadits ini menerangkan bagaimanakah karamah yang ada pada sahabat yang mulia Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ini adalah kelanjutan dari hadits dalam kitab Riyadhus Sholihin.

 

Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Ad-Da’awaaat (16. Kitab Kumpulan Doa)

بَابُ كَرَامَاتِ الأَوْلِيَاءِ وَفَضْلِهِمْ

Bab 253. Karamah para Wali dan Keutamaan Mereka

Hadits #1503

Kisah Para Ahlush Shuffah

وعن أَبي محمد عبد الرحمان بن أَبي بكرٍ الصديق رضي الله عنهما : أنَّ أَصْحَابَ الصُّفّةِ كَانُوا أُنَاساً فُقَرَاءَ وَأَنَّ النَّبيَّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ مَرَّةً : (( مَنْ كَانَ عِنْدَهُ طَعَامُ اثْنَيْنِ ، فَلْيَذْهَبْ بثَالِثٍ ، وَمنْ كَانَ عِنْدَهُ طَعَامُ أرْبَعَةٍ ، فَلْيَذْهَبْ بِخَامِسٍ بِسَادِسٍ )) أَوْ كما قَالَ ، وأنَّ أَبَا بكرٍ – رضي الله عنه – ، جَاءَ بِثَلاَثَةٍ ، وانْطَلَقَ النبيّ – صلى الله عليه وسلم – بعَشَرَةٍ ، وأنَّ أَبَا بَكرٍ تَعَشَّى عِنْدَ النبيّ – صلى الله عليه وسلم – ، ثُمَّ لَبِثَ حَتَّى صَلَّى العِشَاءَ ، ثُمَّ رَجَعَ ، فجاءَ بَعْدَ مَا مَضَى مِنَ اللَّيْلِ مَا شَاءَ اللهُ . قالت امْرَأتُهُ : مَا حَبَسَكَ عَنْ أضْيَافِكَ ؟ قَالَ : أوَما عَشَّيْتِهمْ ؟ قالت: أَبَوْا حَتَّى تَجِيءَ وَقَدْ عَرَضُوا عَلَيْهِمْ ، قَالَ : فَذَهَبتُ أَنَا فَاخْتَبَأْتُ ، فَقالَ : يَا غُنْثَرُ ، فَجَدَّعَ وَسَبَّ ، وقالَ : كُلُوا لاَ هَنِيئاً وَاللهِ لا أَطْعَمُهُ أَبَداً ، قَالَ : وايْمُ اللهِ مَا كُنَّا نَأخُذُ مِنْ لُقْمَةٍ إلا ربا من أسفلِها أكثرَ منها حتى شبعوا ، وصارتْ أكثرَ مما كانتْ قبلَ ذلكَ ، فنظرَ إليها أبو بكر فقالَ لامرأتِهِ : يا أختَ بني فراسٍ ما هذا ؟ قالت : لا وقُرَّةِ عيني لهي

الآنَ أكثرُ منها قبلَ ذلكَ بثلاثِ مراتٍ ! فأكل منها أبو بكرٍ وقال : إنَّما كانَ ذلكَ منالشيطانِ ، يعني : يمينَهُ . ثم أكلَ منها لقمةً ، ثُمَّ حَمَلَهَا إِلَى النَّبيِّ – صلى الله عليه وسلم- فَأَصْبَحَتْ عِنْدَهُ. وَكَانَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمٍ عَهْدٌ، فَمَضَى الأجَلُ ، فَتَفَرَّقْنَا اثْنَيْ عَشَرَ رَجُلاً، مَعَ كُلِّ رَجُلٍ مِنْهُمْ أُنَاسٌ ، اللهُ أعْلَمُ كَمْ مَعَ كُلِّ رَجُلٍ فَأَكَلُوا مِنْهَا أَجْمَعُونَ .

وَفِي رِوَايةٍ : فَحَلَفَ أَبُو بَكْرٍ لا يَطْعَمُهُ ، فَحَلَفَت المَرْأَةُ لا تَطْعَمُهُ ، فَحَلَفَ الضَّيْفُ . – أَو الأَضْيَافُ – أنْ لاَ يَطْعَمُهُ أَوْ يَطْعَمُوهُ حَتَّى يَطْعَمَهُ . فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ : هذِهِ مِنَالشَّيْطَانِ ! فَدَعَا بالطَّعَامِ فَأكَلَ وأكَلُوا ، فَجَعَلُوا لا يَرْفَعُونَ لُقْمَةً إِلاَّ رَبَتْ مِنْ أسْفَلِهَاأَكْثَرُ مِنْهَا ، فَقَالَ : يَا أُخْتَ بَني فِرَاسٍ ، مَا هَذَا ؟ فَقَالَتْ : وَقُرْةِ عَيْنِي إنَّهَا الآنَ لأَكْثَرُمِنْهَا قَبْلَ أنْ نَأكُلَ ، فَأكَلُوا ، وَبَعَثَ بِهَا إِلَى النَّبيِّ – صلى الله عليه وسلم – ، فَذَكَرَ أنَّهُأكَلَ مِنْهَا .

وَفِي رِوايَةٍ : إنَّ أَبَا بكْرٍ قَالَ لِعَبْدِ الرَّحْمانِ : دُونَكَ أضْيَافَكَ ، فَإنِّي مُنْطلقٌ إِلَى النَّبيِّ – صلى الله عليه وسلم – ، فَافْرُغْ مِنْ قِراهُم قَبْلَ أنْ أَجِيءَ ، فَانْطَلَقَ عَبْدُ الرَّحْمانِ ، فَأَتَاهُمْ بما عِنْدَهُ ، فَقَالَ : اطْعَمُوا ؛ فقالوا : أين رَبُّ مَنْزِلِنا ؟ قَالَ : اطْعَمُوا ، قالوا : مَا نحنُ بِاكِلِينَ حَتَّى يَجِيءَ رَبُّ مَنْزِلِنَا ، قَالَ : اقْبَلُوا عَنْا قِرَاكُمْ ، فَإنَّهُ إنْ جَاءَ وَلَمْ تَطْعَمُوا ، لَنَلْقَيَنَّ مِنْهُ فأبَوْا ، فَعَرَفْتُ أنَّهُ يَجِدُ عَلَيَّ ، فَلَمَّا جَاءَ تَنَحَّيْتُ عَنْهُ ، فَقَالَ : مَا صَنَعْتُمْ ؟ فَأخْبَرُوهُ ، فَقَالَ : يَا عَبْدَ الرَّحمانِ ، فَسَكَتُّ : ثُمَّ قَالَ : يَا عَبْدَ الرَّحْمانِ ، فَسَكَتُّ ، فَقَالَ: يَا غُنْثَرُ أقْسَمْتُ عَلَيْكَ إنْ كُنْتَ تَسْمَعُ صَوتِي لَمَا جِئْتَ ! فَخَرَجْتُ ، فَقُلْتُ : سَلْ أضْيَافَكَ ، فقالُوا : صَدَقَ ، أتَانَا بِهِ ، فَقَالَ : إنَّمَا انْتَظَرْتُمُونِي والله لا أَطْعَمُهُ اللَّيْلَةَ . فَقَالَ الآخَرُونَ : واللهِ لا نَطْعَمُهُ حَتَّى تَطْعَمَهُ فَقَالَ : وَيْلَكُمْ مَا لَكُمْ لا تَقْبَلُونَ عَنَّا قِرَاكُمْ ؟ هَاتِ طَعَامَكَ ، فَجَاءَ بِهِ ، فَوَضَعَ يَدَهُ فَقَالَ : بِسْمِ اللهِ ، الأولَى مِنَ الشَّيْطَانِ ، فَأَكَلَ وَأَكَلُوا . متفق عَلَيْهِ .

قَوْله : (( غُنْثَرُ )) بغينٍ معجمةٍ مَضمُومَةٍ ثُمَّ نُونٍ ساكِنَةٍ ثُمَّ ثاءٍ مثلثةٍ وَهُوَ : الغَبِيُّ الجَاهِلُ . وقولُهُ : (( فَجَدَّعَ )) أَيْ شَتَمَهُ ، والجَدْعُ القَطْعُ . قولُه (( يَجِدُ عَليّ )) هُوَ بكسرِ الجِيمِ : أيْ يَغْضَبُ .

Dari Abu Muhammad ‘Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, “Sesungguhnya para Ahlu Shuffah adalah orang-orang yang miskin. Suatu kali, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Barang siapa yang memiliki makanan untuk dua orang, maka bawalah orang yang ketiga (dari Ashhabush Shuffah). Barang siapa yang mempunyai makanan cukup untuk empat orang, maka hendaklah ia membawa orang kelima, orang keenam.

Kemudian Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu pergi membawa tiga orang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membawa sepuluh orang. Abu Bakar pun makan malam bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian ia tinggal beberapa lama di sana hingga selesai shalat Isya, lalu ia pulang larut malam. Istrinya bertanya kepadanya, “Apa gerangan yang menahan engkau hingga menelantarkan tamu-tamu itu?” Abu Bakar lantas balik bertanya, “Apakah mereka belum kamu beri makan malam?” Istrinya lalu menjawab, “Mereka tidak mau, sampai engkau datang dan mereka telah dipersilakan.”

‘Abdurrahman berkata, “Melihat kejadian itu, aku pun pergi bersembunyi (takut dimarahi ayahnya, Abu Bakar). Ternyata Abu Bakar berkata, “Hai anak bodoh!” Sambil memaki dan menjelek-jelekkanku, lalu ia berkata, “Makanlah! Meskipun tidak enak. Demi Allah, aku sendiri tidak pernah mau memakannya.”

‘Abdurrahman menuturkan, “Demi Allah, setiap kami mengambil satu suap, pasti dari bawah suapan itu bertambah lebih banyak, sampai-sampai mereka semua kenyang. Lalu makanan itu menjadi lebih banyak dari sebelumnya.”

Setelah Abu Bakar memperhatikan kejadian luar biasa ini, ia berkata kepada istrinya, “Wahai saudari Bani Firas! Kejadian apa ini?” Istrinya menjawab, “Sungguh membahagiakan, sesungguhnya makanan tadi bertambah tiga kali lebih banyak daripada sebelumnya!” Melihat kejadian itu, Abu Bakar pun ikut memakannya, kemudian ia berkata, “Sungguh, sumpahku tadi dari setan!” Abu Bakar memakannya satu suap, kemudian dibawanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai di rumah beliau. Kami mempunyai suatu perjanjian dengan suatu kaum, sampai waktunya terlambat. Waktu itu kami terbagi menjadi dua belas orang. Tiap-tiap orang mempunyai beberapa anggota. Allah Mahatahu berapa jumlah anggota tiap-tiap orang tersebut. Setelah itu, mereka semua pun memakannya.”

Dalam salah satu riwayat: Abu Bakar telah bersumpah untuk tidak memakannya. Istrinya juga ikut bersumpah untuk tidak memakannya. Tamu-tamunya pun bersumpah untuk tidak memakannya, kecuali Abu Bakar makan bersama-sama. Maka Abu Bakar berkata, “Sumpah ini dari setan.” Kemudian, ia meminta makanan itu lalu memakannya dan mereka lantas turut makan bersamanya. Ternyata, setiap mereka mengangkat satu suap pasti dari bawahnya bertambah menjadi lebih banyak dari sesuap yang mereka ambil. Melihat kejadian itu, Abu Bakar kemudian berkata, “Hai saudari Bani Firas! Kejadian apa ini?” Istrinya berkata, “Sungguh membahagiakan! Makanan itu lebih banyak daripada sebelumnya.” Mereka pun memakannya, lalu dibawanya pula kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‘Abdurrahman menyebutkan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memakannya juga.

Di dalam suatu riwayat, Abu Bakar berkata kepada ‘Abdurrahman, “Sambutlah tamu-tamumu! Aku akan mendatangi Nabi. Selesaikan suguhan mereka sebelum aku kembali.” ‘Abdurrahman pergi menemui para tamu sambil membawa makanan untuk mereka. ‘Abdurrahman berkata, “Makanlah!” Para tamunya bertanya, “Di mana tuan rumah kita?” ‘Abdurrahman berkata, “Makanlah!” Mereka berkata, “Kami tidak akan makan sampai tuan rumah kita datang.” ‘Abdurrahman berkata, “Terimalah suguhan makanan kami untuk kalian semua. Sebab kalau ia datang, tetapi kalian belum makan, pasti kami dimarahinya.” Mereka pun tetap tidak mau makan. Aku tahu bahwasanya Abu Bakar pasti memarahi aku. Setelah Abu Bakar datang, aku menyingkir darinya. Ia berkata, “Apa yang kalian lakukan?” Mereka lantas memberitahunya. Maka Abu Bakar berkata, “Wahai ‘Abdurrahman!” Aku kembali diam. Ia lantas berkata lagi, “Wahai ‘Abdurrahman!” Aku tetap diam saja. Ia berkata, “Hai, si bodoh! Aku bersumpah kalau kamu mendengar suaraku, mengapa belum juga datang?” Maka aku keluar, lalu berkata, “Tanyakanlah kepada tamu-tamumu!” Mereka pun berkata, “Ia benar, ia telah memberi kami suguhan.” Abu Bakar berkata, “Kalian telah menungguku. Demi Allah, malam ini aku tidak mau memakannya.” Yang lainnya berkata, “Demi Allah, kami juga tidak akan memakannya hingga Anda memakannya.” Abu Bakar berkata, “Celaka! Mengapa kalian tidak mau menerima hidangan kami? Berikanlah makananmu!” Maka ‘Abdurrahman pun datang membawakan makanan itu. Lalu Abu Bakar mengambilnya seraya membaca. “Bismillah, yang pertama sumpahnya dari setan.” Abu Bakar pun makan, maka mereka pun turut makan bersamanya.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, 2:75-76 dan Muslim, no. 2057]

Faedah hadits

  1. Bolehnya orang-orang miskin mengungsi di masjid sewaktu memerlukan pertolongan, dengan syarat sekiranya tidak mempersempit daya tampung masjid dan tidak mengganggu orang-orang yang melakukan shalat.
  2. Disunnahkan memberikan pertolongan kepada orang miskin setelah memenuhi persyaratan-persyaratan ini.
  3. Menata manajemen dalam penanganan bantuan pada masa atau ketika krisis ekonomi.
  4. Boleh meninggalkan istri, anak, dan tamu apabila kebutuhan mereka telah tercukupi.
  5. Boleh melakukan percakapan pada malam hari (sesudah shalat Isyak) bersama tamu dan keluarga.
  6. Seorang istri boleh bertindak seperti yang dilakukan istri Abu Bakar kepada tamunya dan boleh memberi makan tanpa seizin suami.
  7. Ayah boleh saja memaki anak selama terdapat unsur-unsur pendidikan dan latihan agar biasa melakukan kebaikan.
  8. Boleh mendoakan yang tidak baik kepada orang yang tidak dapat berbuat adil, lebih-lebih pada waktu marah dan emosi. Sebab, para tamu dalam riwayat yang dikaji ini memaksa tuan rumah agar hadir di majelis bersama mereka.
  9. Boleh bersumpah untuk tidak melakukan perkara yang mubah.
  10. Seseorang yang jujur dibolehkan untuk meneguhkan beritanya dengan atau melebihi sumpah pribadi.
  11. Dibolehkan membatalkan sumpah setelah kita mengetahui bahwa sumpah merupakan dorongan setan. Sebab, setan hendak menimbulkan ketegangan antara Abu Bakar dengan para tamunya melalui sumpah tersebut. Oleh karena itulah, Abu Bakar membuat setan kecewa dengan membatalkan sumpahnya, yang itu lebih baik daripada melanjutkannya.
  12. Dibolehkan tabarruk (mengharap berkah) melalui makanan para wali dan orang-orang saleh.
  13. Mengantarkan makanan yang diketahui mengandung keberkahan kepada orang-orang besar dan mereka menerimanya.
  14. Beramal itu berdasarkan zhan ghalib, sangkaan terbesar. Sebab, Abu Bakar mengira bahwa ‘Abdurrahman lalai melayani para tamunya sehingga ia pun segera memarahinya. Karenanya ‘Abdurrahman bersembunyi.
  15. Allah Mahalembut kepada para wali-Nya. Hal itu terbukti bahwa perasaan hati Abu Bakar itu risau, demikian pula anaknya, istrinya, dan para tamunya, dikarenakan mereka tidak menyantap hidangan tersebut. Hati Abu Bakar pun menjadi keruh sehingga memerlukan penekanan dengan sumpah dan lainnya, sebagaimana diterangkan pada hadits di atas. Allah menganugerahkan karamah kepada Abu Bakar, dihapuskanlah beban batin itu, sehingga perasaan hati Abu Bakar yang sebelumnya keruh pun menjadi jernih. Kesedihan akhirnya menjadi kebahagiaan. Segala puji bagi Allah.
  16. Bersikap baik dengan tamu. Karena itulah, Abu Bakar membatalkan sumpahnya sendiri untuk lebih menghormati tamunya. Tujuannya agar maksudnya terlaksana, yaitu memberi makan para tamunya. Selain itu, karena menghormati tamu lebih besar nilainya daripada membayar kafarat sumpah.

 

Baca juga: Terlalu Kenyang, Bikin Malas Ibadah

 

Referensi:

Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. 2:597-599.

Membaca Al-Qur’an di masjid secara umum dianjurkan dengan syarat:

  1. Yang membacanya adalah orang yang belajar dan punya keistimewaan.
  2. Selama tidak mengotori masjid.
  3. Tidak mengacaukan orang yang sedang shalat.

(Ringkasan dari Fatawa ‘Allamah Ibnu Hajar, 1:62)

Baca Juga: Karamah Umar bin Khatthab yang Mendapatkan Ilham yang Khusus (Tahdits)

 

Artikel kajian Masjid Pogung Dalangan rutin setiap Kamis sore

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal 

Artikel Rumaysho.Com


Artikel asli: https://rumaysho.com/34314-karamah-pada-abu-bakar-dengan-makanan-yang-banyak.html